Ketika kata sampah muncul, apa yang ada dalam pikiran kita? Pasti pemikiran kita tertuju pada sekumpulan benda kotor, benda yang tidak terpakai, benda rongsokan, dan semua yang menumpuk tidak berguna bahkan kadang-kadang juga menimbulkan bau. Begitu banyak volume sampah yang terkumpul dan dihasilkan manusia karena sejumlah aktifitas sehari-hari tidak akan lepas dari yang namanya sampah. Jenis sampah terbanyak adalah jenis sampah plastik. Dari bungkus makanan, plastik belanjaan bahkan barang-barang bekas. Misalkan, contoh satu aktifitas minum, dari anak kecil sampai dewasa, dalam satu hari, sudah berapa banyak sampah yang dihasilkan? Dengan membeli air minum kemasan, gelas ataupun botol, dari tempat minumnya berbahan plastik, sedotan plastik, bahkan untuk membawanya kadang-kadang juga memakai kantung plastik. Aktifitas tersebut adalah aktifitas minum satu orang, tak terbayangkan jumlah plastik yang terkumpul dari sekian orang dalam satu hari. Bisa kita kalkulasi secara kasar apabila dikalikan dengan sejumlah penduduk dalam satu kawasan saja, maka akan menjadi berapa ton sampah plastik yang terkumpul hanya dalam satu kawasan tertentu.

Sampah menjadi sebuah permasalahan lingkungan serius yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Lingkungan akan menjadi obyek karena keberadaan sampah. Dengan volume sampah yang sangat besar maka lingkungan akan memiliki resiko tinggi sebagai tempat tercemar dan bahkan bisa rusak parah. Kita dibuat tercengang dengan informasi dari Kemenko PMK (Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan) yang menampilkan data yang diperoleh dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dari data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) pada tahun 2022 hasil input dari 202 kabupaten / kota se-Indonesia menyebut jumlah timbunan sampah nasional mencapai angka 21,1 juta ton. Dari total produksi sampah nasional tersebut 65,71 % (13,9 juta ton) dapat terkelola sedangkan sisanya 34,29 % (7,2 juta ton) belum terkelola dengan baik. Sedangkan di data pada tahun 2023, Indonesia menghasilkan 29,6 ton sampah. Berdasarkan data tersebut sampah plastik menempati urutan kedua setelah sampah sisa makanan dengan persentase 18,8 persen atau setara dengan 5,57 ton. Dan informasi lain yang dipulikasikan oleh Radar Jogja edisi Rabu, 10 juli 2024. Dalam publikasi harian tersebut, menyebut data yang diperoleh dari Dinas Lingkungan Hidup bahwa terjadi kenaikan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). Hal ini ditengarai oleh adanya peningkatan  Particulate Meter (PM) yaitu kandungan debu halus dalam udara, sebesar 2,5 atau mencapai angka 50 dengan kategori baik pada bulan Februari sampai April, tetapi memasuki bulan mei –Juni terpantau mencapai di angka  60 dengan kategori sedang. (Radar Jogja, Rabu 10 Juli 2024). Salah satu penyebab peningkatan ISPU di wilayah Yogyakarta adalah karena pembakaran sampah. Pembakaran ini tidak hanya terjadi di daerah pinggiran tetapi juga terjadi di jalan-jalan besar. Logis apabila kita membandingkan jumlah sampah yang begitu besar dengan populasi di wilayah Yogyakarta. Yogyakarta bisa dikatakan miniaturnya Indonesia. Dengan predikat kota pelajar, dimana hampir semua suku ada di Yogyakarta untuk menuntut ilmu, kota wisata dengan jutaan wisatawan yang datang di Yogyakarta, ditambah jumlah penduduk asli yang juga banyak, tentu sangat berpotensi dalam menghasilkan sampah yang tidak sedikit.

Pemerintah telah berupaya keras dalam menangani masalah sampah terutama sampah plastik demi meciptakan lingkungan yang bersih dan berkelanjutan. Berbagai inisiatif melalui beberapa program telah dicanangkan untuk membangun lingkungan sehat dan menciptakan lingkungan dengan nol sampah. Beberapa program yang diadakan pemerintah antara lain adalah:

  1. Program “Indonesia Bebas Sampah 2025”

Insiatif terbesar pemerintah Indonesia ini bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah plastik hingga nol persen sampai di tempat pembuangan akhir di tahun 2025. Program ini telah dilaksanakan melalui kampanye panyadaran dengan mengedukasi masyarakat tentang dampak negatif sampah plastik, pengembangan usaha-usaha sistem daur ulang, pengawasan yang lebih ketat terhadap industri plastik, dan masih banyak lagi program yang sifatnya riil.

2. Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik sekali pakai

Program ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan sampah kantong plastik yang penggunaannya hanya satu kali pakai. Hal ini banyak sekali digunakan di toko-toko besar, toko swalayan dan department store. Untuk itu, di tahun 2016, pemerintah mengeluarkan regulasi melarang penggunaan kantong plastik gratis di supermarket dan minimarket.

3. Dukungan untuk Industri Daur Ulang Plastik.

Program ini selain bertujuan untuk mengurangi jumlah plastik, tetapi juga untuk menumbuhkan dan meningkatkan sektor ekonomi, karena keberadaan industri daur ulang  tentu saja juga menambah lapangan kerja dan income bagi penduduk.

4. Program Edukasi dan Kesadaran Masyarakat

Melalui program ini, pemerintah berupaya mengedukasi masyarakat dengan memberikan informasi bagaimana menciptakan lingkungan yang bersih dan bebas sampah, cara mendaur ulang sampah plastik secara sederhana serta cara meminimalisir sampah plastik. Program ini juga menggandeng pihak swasta, LSM serta komunitas lokal sehingga tercipta sebuah kerja sama dan kolaboratif untuk menekan jumlah sampah plastik.

5. Pengelolaan Sampah berbasis Teknologi

Pemerintah Indonesia juga telah menerapkan sistem pengelolaan sampah dengan teknologi modern, sehingga pengelolaan sampah yang berbasis teknologi akan memberikan dampak yang cepat dan lebih efisien dalam usaha pengurangan sampah plastik.

6. Penggunaan Alternatif Ramah Lingkungan

Pemerintah telah mengembangkan penggunaan pengganti plastik sekali pakai dengan kantong kain paper bag dan, mempopulerkan produk daur ulang serta meningkatkan kegiatan promosi produk-produk ramah lingkungan.

Sejalan dengan usaha pemerintah menekan jumlah sampah plastik, ECOBRICKS merupakan inovasi yang sangat kreatif untuk mengurangi jumlah sampah plastik hingga menjadi produk-produk yang bermanfaat yang bisa digunakan dalam kehidupan keseharian kita. Sebuah produk yang mudah dibuat dan bernilai ekonomis tinggi. Sebenarnya ECOBRICKS berasal dari dua kata yaitu ECO yang berarti ramah lingkungan dan BRICKS yang berarti bata. Ecobricks adalah botol plastik yang diisi penuh secara rapat dengan sampah-sampah anorganik, seperti halnya lembaran dan sampah-sampah plastik. Ecobricks menjadi alternatif selain bata konvensional untuk membangun struktur. Inovasi ini ditemukan oleh Russel Maier, seorang arsitek asal Kanada yang telah mengembangkan penemuannya ini untuk membangun berbagai bangunan seperti sekolah, bank, dll. Begitu juga di lingkungan SMK Negeri 6 Surakarta, pengenalan inovasi ecobricks telah diterapkan dalam proses pembelajaran. Sebagaimana disampaikan oleh Ibu Ema Tri Puspitasari, S.Pd., M.Pd, beliau pengajar mata pelajaran IPAS, selama beberapa periode menjadi pembimbing kelompok KIR dan juga guru penggerak angkatan ke 9, beliau memberikan tugas proyek pembuatan ecobricks menjadi perkakas dan alat rumah tangga yang bisa memberikan kebermanfaatan untuk manusia. Didalam tugas proyek siswa kelas X, yang bertema Daur Ulang Limbah anorganik, beliau ingin mengajak para siswa untuk lebih mencintai lingkungan yaitu dengan cara mengumpulkan dan memanfaatkan botol bekas menjadi barang, alat dan perkakas yang berguna. Adapun proses pembuatan ecobricks itu sangat sederhana yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Kumpulkan, pisahkan, bersihkan, siapkan segala plastik untuk membuat ecobricks.
  2. Pilih merek dan ukuran botol yang sama.
  3. Memiliki ecobricks dalam botol yang sama sebangun mempermudah dan memperindah hasil.
  4. Gunakan tongkat kayu untuk memadatkan.
  5. Hindari besi, kaca yang akan merusak botol. Hindari kertas dan sisa makanan yang terurai.
  6. Masukkan plastik lembut yang berwarna untuk dasar botol agar konstruksi ecobricks menjadi berwarna.
  7. Memastikan kualitas ecobricks dengan menimbangnya. Berat minimal= volume botol x 0,33 g/ml adalah kepadatan minimum ecobricks yang bagus.

Demikian cara singkat pembuatan ecobricks yang sudah dilakukan dalam kegiatan pembelajaran oleh ibu Ema Tri Puspitasari, S.Pd., M.Pd.

Ecobricks menjadi solusi inovatif dan efektif untuk mengurangi jumlah sampah plastik yang merusak lingkungan. Dengan mengubah plastik bekas menjadi produk-produk yang bermanfaat, ecobricks tidak hanya membantu mengurangi limbah plastik tetapi juga mendorong masyarakat untuk lebih sadar akan pentingnya daur ulang dan pemanfaatan sampah. Proses pembuatan ecobricks yang sederhana memungkinkan setiap individu untuk berkontribusi dalam menjaga kebersihan lingkungan, sekaligus mempromosikan gaya dan pola hidup sehat yang tidak kalah penting adalah kita harus mengubah mindset pola tradisional pengelolaan sampah Kumpul – Buang – Angkut dengan gaya perilaku 3R Reduce – Reuse- Recycle. Dengan meningkatnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam penggunaan ecobricks, kita dapat bersama-sama menciptakan perubahan positif bagi lingkungan. Setiap ecobrick yang dihasilkan merupakan langkah kecil menuju dunia yang lebih bersih dan sehat. Mulailah dari diri kita sendiri dengan mengumpulkan plastik bekas dan mengubahnya menjadi ecobricks, serta mengajak orang di sekitar kita untuk melakukan hal yang sama. Dengan demikian, kita bisa merawat, membebaskan dan semoga bisa mewariskan bumi yang lebih hijau dan lebih baik bagi generasi mendatang.

Ditulis oleh: Hartuti, S.Pd., M.Pd

Referensi:

DEPUTI 5 KEMENKO PMK. (2023, August 23). 7,2 Juta Ton Sampah di Indonesia Belum Terkelola Dengan Baik. Retrieved from https://www.kemenkopmk.go.id: https://www.kemenkopmk.go.id/72-juta-ton-sampah-di-indonesia-belum-terkelola-dengan-baik

Fenia, R. W. (2023, September 21). Inisiatif Pemerintah dalam Mengatasi Sampah Plastik: Membangun Masa Depan yang Lebih Bersih. Retrieved from https://www.mertani.co.id/: https://www.mertani.co.id/post/inisiatif-pemerintah-dalam-mengatasi-sampah-plastik-membangun-masa-depan-yang-lebih-bersih

Nurwanto, I. (2024, July 10). DLH Ungkap Kualitas Udara di Kota Jogja Makin Memburuk, Salah Satunya karena Pembakaran Sampah . Retrieved from https://radarjogja.jawapos.com: https://radarjogja.jawapos.com/jogja/654848007/dlh-ungkap-kualitas-udara-di-kota-jogja-makin-memburuk-salah-satunya-karena-pembakaran-sampah

#perpustakaanwijang   #smkn6solo   #wijanglibrary   #literasi   #perpusnas   #p3smptperpusnas  #ppukperpusnas