Wacana tentang pendidikan penguatan karakter siswa saat ini menjadi tema bahasan di lingkungan pendidikan yang tidak ada habisnya. Pendidikan dipandang sebagai sektor yang paling bertanggung jawab dalam kaitannya dengan pendidikan karakter siswa. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar tetapi juga tidak salah sama sekali. Karena proporsi sekolah selama kurang lebih 8 jam per harinya memungkinkan seorang anak akan berada di lingkungan sekolah. Tidak sepenuhnya benar, karena pada kenyataannya seorang anak akan menghabiskan waktu terbanyak di lingkungan keluarga dan masyarakat. Des, yang perlu digarisbawahi adalah bahwa lingkungan yang turut berkontribusi dalam pendidikan karakter tidak hanya sekolah, akan tetapi situasi dan kondisi keluarga serta masyarakat turut membentuk karakter dan akhlak mulia seorang anak.

Wacana tentang pendidikan dalam konteks idealisme bisa dikatakan sebagai ruhnya suatu bangsa. Suatu bangsa akan tetap tegak berdiri apabila memiliki sistem pendidikan yang baik. Pendidikan itu sendiri berasal dari bahasa Yunani “paedagogiek” (pais=anak, gogos=membimbing/menuntun, iek=ilmu) adalah ilmu yang membicarakan bagaimana memberikan bimbingan kepada anak. Dalam bahasa Inggris, pendidikan diterjemahkan menjadi ‘education’ (Yunani, educare) yang berarti membawa keluar yang tersimpan dalam jiwa anak untuk dituntun agar tumbuh dan berkembang. Selaras dengan pengertian pendidikan secara etimologis, ki Hadjar Dewantara (bapak Pendidikan Nasional Pendidikan Indonesia) menjelaskan tentang pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, pendidkan dimaksudkan untuk menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Sedemikian luhurnya proses pendidikan terhadap penguatan karakter sehingga bapak pendidikan menempatkannya sebagai kekuatan untuk membimbing siswa menuju kebahagiaan yang hakiki.

Dengan mengetahui bahwa pendidikan merupakan bagian penting dalam perjalanan hidup manusia, kaitannya dalam pembentukan karakter dan akhlak mulia seseorang maka dalam sistem Pendidikan Nasionalpun. pemerintah juga telah memberikan porsi perhatian yang besar. Demikian agung dan pentingnya sebuah proses pendidikan sehingga sektor ini memiliki peran luas dalam pencapaian tujuannya. Sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang dasar 1945 menyinggung tentang pendidikan, proses ini mengamanatkan bahwa pembentukan Negara Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat (3) memerintahkan kepada pemerintah agar mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang-Undang. Perwujudan dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 yaitu dengan diberlakukannya Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang ini menjadi desentralisasi dan otonomi pendidikan yang menjunjung tinggi hak azasi manusia. Demikian negara meletakkan sektor ini sebagai sektor penting dalam keberlangsungan sebuah negara sehingga segala sesuatu tentang proses ini perlu digariskan secara yuridis formal melalui sebuah undang-undang dasar yang merupakan kekuatan hukum tertinggi suatu negara.

Menyadari pentingnya pendidikan bagi hidup manusia maka tentu saja pendidikan memiliki peran yang krusial. Dunia pendidikan telah membawa banyak perubahan bagi hidup manusia menuju hidup yang lebih baik. Adapun peranan yang bisa dimiliki oleh pendidikan bagi manusia adalah sebagai berikut:

  1. Menjadikan manusia  memiliki  pengetahuan

Pendidikan memiliki kekuatan untuk membuat manusia memperoleh ilmu dan pengetahuan. Dalam lingkup pendidikan, siswa tidak hanya diberikan pembelajaran terkait materi-materi, tetapi juga diberi pemahaman tentang substansi dari materi-materi tersebut. Pendidikan berperan dalam memberikan wawasan yang luas kepada siswa mengenai realitas dunia di sekitarnya.

  • Membentuk generasi muda yang berakhlak mulia.

Pendidikan tidak hanya memberi pengetahuan pada siswa tentang dunia sekitarnya, melainkan juga membentuk siswa untuk mengetahui agama serta menanamkan nilai-nilai agama dalam hidupnya sehingga menjadi manusia yang berakhlak mulia serta manusia yang berperilaku dan bertindak sesuai nilai-nilai agama yang tertanam. Pendidikan juga membentuk manusia yang cerdas serta terampil dalam hidupnya.

  • Memberi petunjuk untuk kehidupan yang lebih baik.

Setiap manusia pasti menginginkan kehidupan yang lebih baik. Dunia pendidikan membekali manusia pengetahuan dan ketrampilan yang dapat membantu manusia untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Kehidupan yang lebih bisa meningkat derajat dan martabatnya.

  • Membuat manusia tahu akan budaya, ras, bangsa, suku dan Negara lain.

Dalam dunia ini terdapat ratusan bahkan ribuan budaya, ras, suku, bahasa dan Negara. Melalui pendidikan kita tidak hanya diberi pelajaran serta pengetahuan tentang bahasa, suku, ras, agama, budaya dan Negara kita sendiri melainkan juga ras, suku, bahasa, negara lain sehingga kita dapat berinteraksi tidak hanya dengan orang-orang di negara kita sendiri melainkan dengan orang-orang yang ada di negara lain dengan menjalin hubungan yang lebih baik dalam bentuk kerja sama dalam bidang ekonomi, pendidikan dan sebagainya.

Pendidikan juga memiliki peran yang sangat strategis. Pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah sebenarnya tidak hanya menjadikan dan memaksimalkan peserta didik untuk memiliki kecakapan dan kemampuan kognitif semata. Akan tetapi dengan pemahaman seperti itu, ada hal lain yang sebenarnya tidak kalah penting dan tanpa kita sadari telah terabaikan. Yaitu menciptakan karakter bagi anak didik. Pendidikan karakter penting artinya sebagai penyeimbang kecakapan kognitif. Ada sebuah kata bijak mengatakan “ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh”. Hal ini akan bermakna sama bahwa pendidikan kognitif tanpa pendidikan karakter adalah buta. Hasilnya adalah, karena buta maka tidak bisa berjalan, bisa berjalanpun tapi tidak akan maksimal. Sebaliknya, pengetahuan karakter tanpa pengetahuan kognitif akan lumpuh, akibatnya dalam bertindak dan mengerjakan sesuatu akan mudah disetir dan diarahkan orang lain, dimanfaatkan dan dikendalikan oleh orang lain. Untuk itu, penting artinya untuk tidak mengabaikan pendidikan karakter. Kementrian pendidikan nasional (kemendiknas) telah merumuskan 18 butir karakter yang harus ditanamkan dalam diri masayarakat Indonesia khususnya para siswa. Kedelapan belas butir karakter tersebut adalah:

1.Religius; sifat ini dapat ditunjukkan dengan memegang teguh ajaran masing-masing, mengembangkan sikap toleransi dan selalu menjaga kerukunan beragama. 2.Jujur; sikap ini bisa diterapkan dengan selalu bersikap terbuka dan mengakui kesalahan.3. Toleransi; dengan mengembangkan sikap tidak memaksakan pendapat sendiri tetapi juga memperhatikan pendapat orang lain,4.Disiplin; sikap ini akan tercermin dengan selalu taat pada peraturan,5.Kerja keras; sikap ini bisa ditunjukan dengan keseriusan siswa dalam proses belajarnya, 6.Kreatif; sikap yang selalu bisa mengembangkan diri berdasar pada inisiatif pribadi,7.Mandiri; sikap ini akan tampak dengan siswa selalu bisa mencari solusi dari permasalahannya sendiri,8.Demokratis; yakni cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai bahwa hak dan kewajiban dirinya dan orang lain adalah sama. Contoh sikap ini yaitu saling menghargai perbedaan ataupun keputusan yang ada. 9. Ingin tahu; Bagi siswa, sikap ini tercermin lewat keinginan belajar dan menimba ilmu yang tinggi.10. Semangat Kebangsaan. Sikap semangat kebangsaan bisa ditunjukkan dengan menempatkan kepentingan bangsa dan negara Indonesia di atas kepentingan pribadi. 11. Cinta Tanah Air; Sikap ini tercermin melalui rasa kesetiaan, kepedulian, juga apresiasi tinggi terhadap bahasa Indonesia. 12. Menghargai Prestasi; Sikap apresiasi ini tak hanya ditunjukkan kepada diri sendiri, tetapi juga orang lain. 13. Bersahabat/Komunikatif; Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan bantuan orang lain. Karena itu, penting bagi seseorang untuk menjalin hubungan yang baik dengan siapa pun. 14. Cinta Damai; Ini merupakan sikap dan tindakan yang mendorong seseorang untuk mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain. 15. Gemar Membaca; Sikap gemar membaca akan menciptakan masyarakat dengan pemikiran pintar dan selalu terbuka akan ilmu pengetahuan.16. Peduli Lingkungan; Sikap ini bisa ditunjukkan dengan senantiasa menjaga lingkungan yang ditempati dan memperbaiki kerusakan yang ada di masyarakat17. Peduli Sosial; Peduli sosial merupakan sikap dan tindakan selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 18. Tanggung Jawab; Bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukan merupakan kewajiban terhadap diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan. Sejalan dengan nilai karakter yang telah dirumuskan oleh pemerintah dan tentu saja menjadi acuan sekolah untuk bisa mengimplementasikannya dalam kegiatan pembelajaran serta atmosfir sekolah secara menyeluruh, maka SMK Negeri 6 Surakarta melalui perpustakaan Wijang terpanggil untuk turut memprioritaskan penguatan karakter melalui Bagaimanakah bentuk konsep literasi yang menginspirasi? Konsep literasi yang menginspirasi mengacu pada pendekatan yang tidak sekadar mampu membaca dan menulis. Konsep literasi tidak hanya tentang memperoleh informasi, tetapi juga bagaimana informasi itu digunakan untuk menginspirasi dan membawa perubahan positif dalam kehidupan individu dan masyarakat. Konsep yang mampu menggerakkan orang lain untuk bertindak. Literasi yang menginspirasi juga mendorong pemahaman yang lebih dalam tentang nilai dan makna di balik teks. Tidak hanya pemahaman akademik saja akan tetapi pemahaman yang melibatkan pendekatan pembelajaran yang memotivasi siswa untuk menjelajahi minat dan bakat, serta memberikan kesempatan untuk mengeksplorasi ide baru dan membuat perubahan positif. Secara keseluruhan, konsep literasi yang menginspirasi mengajak individu untuk melewati batasan konvensional pembelajaran dan mengintegrasikan pengetahuan dengan tujuan yang lebih luas dalam menciptakan perubahan positif.

Gb. 1: Counselling Space   

Gb. 2. Area baca lesehan

Gb. 3: Spot Baca Outdoor  

Gb. 4: Spot Baca Angkringan

Perpustakaan Wijang yang merupakan perpustakaan milik SMK Negeri 6 Surakarta yang saat ini dipimpin oleh ibu Dr. Dwi Titik Irdiyanti, S.Si., M.Pd adalah sebuah contoh perpustakaan yang telah menerapkan konsep literasi yang menginspirasi. Perpustakaan super nyaman dengan segala fasilitas yang bisa dinikmati, seperti area baca lesehan dan non lesehan, taman baca yang asri, angkringan literasi, pelayanan yang ramah, pojok baca bookless library yang memungkinkan bagi masyarakat sekolah untuk menikmati koleksi buku yang berjumlah lebih dari 5000 jenis buku baik fiksi, non fiksi dan referensi. Sebuah inovasi perpustakaan Wijang, yang saat ini dipimpin oleh bapak Hery Prakoso Utomo, S.Pd. sebagai kepala perpustakaan, telah mengaplikasikan teknologi dalam memudahkan akses koleksi buku yang dimiliki. Jumlah  pojok baca yang tersebar dengan beberapa titik akses di sekitar lingkungan sekolah sangat praktis dan efektif bagi masyarakat sekolah sehingga tidak perlu datang langsung di perpustakaan. Sekolah melalui perpustakaan secara nyata berusaha untuk melakukan pemenuhan secara optimal kebutuhan siswa dalam berliterasi. Pemenuhan sarana prasarana perpustakaan yang nyaman, menyenangkan dan memudahkan bagi para siswa untuk mengakses semua buku bacaan dan referensi menyebabkan mereka menjadi betah berada di perpustakaan dan pada akhirnya ikut merasa memiliki. Dari hal pembiasaan yang ada di perpustakaan, secara tidak langsung itu adalah juga pendidikan karakter. Mulai dari kedisiplinan mereka meminjam buku yang harus mengembalikannya tepat waktu, mematuhi semua aturan di perpustakaan, seperti tidak boleh membawa makanan di area dalam perpustakaan, menjaga kebersihan di semua area baca, ikut menjaga semua peralatan yang ada di perpustakaan mulai dari unit-unit komputer, printer, mesin fotocopy, dll. Tidak hanya dalam hal sarana prasarana, kegiatan perpustakaan yang memberikan dampak positif bagi perkembangan budaya literasi selalu diadakan. Pemilihan duta baca, workshop kepada pustakawan dan pemustaka, networking dengan eksternal yang komit dengan kegiatan literasi, peringatan rutin hari literasi    dan bulan bahasa dengan berbagai kegiatan, penulisan artikel dan reportase rutin di website dan reward atau apresiasi kepada siswa yang memiliki rating tertinggi kunjungan ke perpustakaan. Lebih lanjut, seperti halnya Duta Baca Sekolah dan Penanggung Jawab Literasi atau bisa disebut dengan Duta Literasi kelas. Program pemilihan duta baca ini dilaksanakan setahun sekali melalui serangkaian pemilihan yang diselenggarakan oleh tim literasi dengan seleksi yang ketat. Duta Baca sekolah harus memaparkan visi dan misi mereka kaitannya dengan pembudayaan literasi di sekolah. Sederet persyaratan untuk menjadi duta baca sekolah juga harus mereka penuhi. Beberapa diantaranya adalah, prestasi yang pernah mereka raih, keikutsertaan dalam berbagai komunitas yang positif serta mampu menunjukkan sifat dan nilai-nilai leadership atau kepemimpinan. Mereka juga harus membuat surat penyataan bahwa mereka harus komit dengan tugas-tugas mereka, selalu menjaga nama baik sekolah, bisa bekerja sama dalam tim serta mengedepankan nilai tanggung jawab dan kepemimpinan. Begitu juga dengan penanggungjawab atau PJ Literasi kelas atau di sekolah kami, kita sebut dengan Duta Literasi Kelas. Mereka yang dipilih melalui kesepakatan kelas harus melaksanakan dan memimpin kegiatan literasi bersama teman-temannya di kelas mereka masing-masing bersama guru pendamping. Keseriusan sekolah dan perpustakaan Wijang dalam menerapkan kegiatan literasi yang juga bertujuan memperkuat pendidikan karakter telah berbuah manis, perpustakaan Wijang telah terpilih sebagai perpustakaan terbaik nasional untuk SMA/SMK/MA tahun 2024 untuk klaster 2 se-Jawa dan Bali.

Terobosan-terobosan inovatif tersebut sudah diterapkan oleh perpustakaan Wijang SMK Negeri 6 Surakarta untuk mengembangkan budaya literasi sekolah.

Gb. 5: Kegiatan Duta Baca bersama siswa berkebutuhan khusus

Gb. 6: Kegiatan budaya 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan dan Santun)

Pada akhirnya, penguatan karakter siswa menjadi hal yang penting. Karakter yang baik tidak hanya membentuk individu yang berakhlak mulia, tetapi juga menciptakan generasi yang mampu menghadapi tantangan kehidupan dengan integritas dan rasa tanggung jawab. Melalui pendidikan karakter, kita tidak hanya mendidik siswa secara akademis, tetapi juga membekali mereka dengan nilai-nilai luhur, empati, dan keterampilan sosial yang diperlukan untuk berkontribusi positif dalam masyarakat. Dengan menanamkan karakter yang kuat, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung kerja sama, saling menghormati, dan toleransi di antara siswa. Mari bersama-sama mendorong penguatan karakter sebagai bagian integral dari pendidikan, sehingga setiap siswa tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki jiwa yang kokoh dan siap menghadapi masa depan dengan keyakinan. Kita semua memiliki peran dalam membentuk karakter generasi penerus, dan melalui komitmen, kita bisa menciptakan perubahan yang nyata.

Oleh: Hartuti, S.Pd., M.Pd.

#perpustakaanwijang  #smkn6solo   #wijanglibrary   #literasi   #perpusnas   #p3smptperpusnas #ppukperpusnas