Literasi merupakan sebuah kata yang menjadi semakin melambung ketika kita berdiskusi dan berbicara tentang membaca, prestasi siswa dan sekolah. Dimana ketiganya tidak bisa lepas dari apa yang disebut dengan literasi. Literasi menurut anggapan masyarakat adalah suatu kegiatan yang erat kaitannya dengan membaca. Anggapan ini tidak salah tetapi juga tidak sepenuhnya benar. Literasi sendiri pada awalnya merujuk pada kemampuan dasar atau basic ability seseorang dalam hal membaca dan menulis. Kegiatan verbal ini melibatkan kemampuan seseorang dalam proses membaca sebuah teks, mengolahnya dalam pemahaman berpikir hingga seseorang tersebut bisa menyampaikan melalui komunikasi lisan ataupun tulis secara tepat. Sebagaimana yang disampaikan oleh professor dan pakar pendidikan, Elizabeth Sulzby dari Michigan University, beliau menyampaikan bahwa “Literasi adalah kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang dalam komunikasi membaca, berbicara, menyimak dan menulis” dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Artinya bahwa kemampuan seseorang dalam konteks berbahasa dengan berbagai macam cara, bisa dengan membaca, berbicara, menyimak dan menulis yang tentunya disesuaikan dengan tujuan pemenuhan kebutuhan seseorang, untuk kebutuhan akademik, bisnis dan perdagangan, sosial dan politik atau bisa juga untuk kebutuhan entertainment atau having fun activities.

Dari deskripsi literasi seperti diatas, literasi akan semakin menempati posisi penting ketika kita berada pada jaman yang semakin milenial dan penuh dengan tuntutan kemampuan adaptasi seseorang. Apabila kita tidak ingin terlindas dengan kemajuan jaman, mau tidak mau kita harus bersifat adaptif. Kita semua tentu mengingat perjalanan revolusi industri 4.0 yang dimulai dengan penggunaan mesin uap, berevolusi dengan penggunaan listrik, bertransformasi kembali dengan penggunaan komputer dan  akhirnya pada penggunaan teknologi yang serba digital. Hampir pada saat ini perkembangan teknologi semakin masif dengan penggunaan teknologi Artificial intelligence atau AI, sebuah teknologi dengan menggunakan kecerdasan buatan. Semua bentuk kemajuan teknologi tersebut tidak bisa lepas  dari proses literasi. Di mana dalam proses tersebut kita tetap harus menjadi subyek yang selalu terdepan dengan selalu mempelajari, memahami, mengolah dan pada akhirnya mampu mengaplikasikan semua ilmu pengetahuan demi kemajuan dan kemaslahatan umat manusia.

Sedemikian urgen permasalahan literasi hingga pemerintahpun menganggapnya sebagai permasalahan nasional yang perlu mendapat tanggapan serius dari semua elemen bangsa. Pun apabila kita mencerna hasil dari beberapa survei tentang skor literasi bangsa ini, maka kitapun seyogyanya semakin merefleksi diri. Sebuah studi yang dilakukan oleh PISA, Programme International for Student Assesment, sebuah program yang diinisiasi oleh OECD, Organization for Economic Co-operation and Development, sebuah studi yang meneliti dan mengevaluasi sistem pendidikan yang diikuti oleh hampir kurang lebih 70 negara di dunia. Survei yang tercantum dalam tinjauan evaluasi Balitbang Kemdikbud tahun 2016 oleh PISA, dimana hasil survei rata-rata tahun 2015 bahawa rata-rata nilai capaian Indonesia masih di bawah rata-rata dunia, Indonesia menempati peringkat 69 dari 72 negara yang disurvei untuk skor capaian bidang kompetensi literasi. Pada survei yang lain, World’s Most Literate Nations, yang disusun oleh Central Connecticut State University tahun 2016, menyebutkan bahwa peringkat literasi Indonesia berada di posisi kedua terbawah dari 61 negara yang diteliti. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006. PIRLS melakukan kajian terhadap 45 negara maju dan berkembang dalam bidang membaca pada anak-anak kelas IV sekolah dasar di seluruh dunia di bawah koordinasi The International Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA) dan memperoleh hasil bahwa Indonesia berada pada peringkat ke-41. Berdasarkan kajian terhadap keterampilan literasi di seluruh dunia yang dilaksanakan oleh PIRLS, diperoleh data bahwa siswa Indonesia berada pada tingkat terendah di Asia. Indonesia dengan skor 51,7 berada di bawah Filipina dengan skor 52,6; Thailand dengan skor 65,1; Singapura dengan skor 74,0; dan Hongkong dengan skor 75,5. Para siswa dari Indonesia hanya mampu menjawab 30 persen dari soal-soal yang diberikan. Hasil-hasil penelitian internasional baik PISA, WMLN, PIRLS dan IEA tersebut menunjukkan bahwa kemampuan literasi bahasa siswa Indonesia secara umum tergolong rendah. Tidak salah jika siswa kita digolongkan sebagai siswa yang tak literat. Itu karena siswa kita bisa membaca, tetapi belum menjadikan kegiatan membaca sebagai kebiasaan.

Pada ranah pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah meluncurkan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS adalah inisiatif yang melibatkan berbagai pihak, termasuk siswa, guru, kepala sekolah, staf pendidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orangtua/wali siswa, akademisi, penerbit, media massa, tokoh masyarakat, pelaku usaha, dan pemangku kepentingan lainnya. Program ini dikoordinasikan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan tujuan meningkatkan dan mengembangkan budaya literasi di lingkungan sekolah. Karena bersifat nasional, gerakan ini perlu dukungan secara masif dari semua unsur dan elemen masyarakat sekolah, orang tua dan lingkungan masyarakat sekitar. Karena gerakan ini merupakan gerakan partisipatif dan kolaboratif dari semua unsur. Selain GLS, perubahan kurikulum juga harus mampu berkontribusi, memihak serta mendukung meningkatnya skor literasi.  Pada tahun ajaran 2022/2023 dan 2023/2024 Kurikulum Merdeka menjadi salah satu opsi yang dapat dipilih oleh satuan pendidikan. Kurikulum ini memberikan keleluasaan dan memudahkan pendidik menerapkan pembelajaran yang lebih mendalam, sesuai dengan kebutuhan peserta didik serta fokus pada peningkatan karakter. Didalam Kurikulum Merdeka tercakup tiga tipe kegiatan pembelajaran sebagai berikut:

  1. Pembelajaran intrakurikuler yang dilakukan secara terdiferensiasi sehingga peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Hal ini juga memberikan keleluasaan bagi guru untuk memilih perangkat ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didiknya.
  2. Pembelajaran kokurikuler berupa projek penguatan Profil Pelajar Pancasila, berprinsip pembelajaran interdisipliner yang berorientasi pada pengembangan karakter dan kompetensi umum.
  3. Pembelajaran ekstrakurikuler dilaksanakan sesuai dengan minat murid dan sumber daya satuan pendidikan.

Pembelajaran Ekstrakurikuler yang memberikan keleluasaan kepada peserta didik untuk menyalurkan bakat dan minatnya secara bebas diharapkan akan bisa mendorong dan mengoptimalkan Gerakan Literasi Sekolah. Dengan situasi dan kondisi yang menyenangkan peserta didik akan lebih bisa berekspresi, berpikir dengan rileks, bereksplorasi dan mengembangkan ide-ide kreatif. Melalui kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler bisa dibentuk kelompok-kelompok baca yang mengajak peserta didik untuk terbiasa membaca kritis, menganalisis permasalahan sekaligus bisa menemukan solusi yang tepat dari permasalahan yang muncul. Pembelajaran ekstrakurikuler akan mewadahi keberagaman bakat dan minat peserta didik, sehingga menjadi tugas para guru sekaligus Pembina ekstrakurikuler untuk jeli dan akomodatif terhadap berbagai macam kemampuan siswa.

Di akhir tulisan ini, pada momen hari Literasi Internasional, 8 september, penulis hanya ingin menandaskan bahwa membaca adalah sebuah kegiatan yang produktif, bukan hanya sekedar merangkai huruf dan kata akan tetapi dengan membaca akan timbul pemahaman dan keterbukaan pikir untuk selalu bisa menyesuaikan diri dengan zamannya. Hasil beberapa lembaga survei yang masih menempatkan bangsa ini pada posisi low level jangan sampai melemahkan semangat untuk selalu berbenah dan mengembangkan diri. Perubahan terhadap hasil survei tidak bisa secara instan dan sim salabim mengalami perubahan, akan tetapi semuanya akan melalui proses. Menanamkan budaya literasi merupakan tindakan investasi di masa depan. Saat ini kita menanamkan benihnya, beberapa tahun mendatang baru kita akan memanen hasilnya. Salam dan Selamat Hari Literasi!

Penulis: Hartuti,S.Pd,M.Pd

Referensi:

Balitbang Kemdikbud RI (2018). Evaluasi Program Literasi; Gerakan Literasi Sekolah.Puslitjakdikbud

https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/artikel-detail/734/menumbuhkan-gerakan-literasi-di-sekolah #perpustakaanwijang  #smkn6solo   #wijanglibrary   #literasi   #perpusnas   #p3smptperpusnas #ppukperpusnas