Awalnya hanya sekedar menyalurkan keinginan untuk menyampaikan perasaan dan pikiran yang selalu terpendam. Mengurainya ke dalam catatan di buku harian atau merangkainya menjadi sebuah cerita agar serupa dengan kisah-kisah yang sering saya baca dari majalah. Entah majalah anak ataupun majalah remaja yang selalu menyuguhkan cerita kehidupan sehari-hari.

Sampai akhirnya hadir media social seiring perkembangan teknologi komunikasi yang melaju pesat. Segala bentuk tulisan yang diunggah melalui media social dapat dibaca oleh orang banyak. Selain dapat dibaca oleh orang lain, juga memungkinkan terjadinya interaksi antara saya sebagai penulis dan pembaca yang ingin mengomentari tulisan yang saya unggah.

Adanya respon dari pembaca menjadi motivasi tersendiri bagi saya. Terlebih jika sudah mengomentari tentang isi tulisan. Bahkan sekedar tambahan jumlah jempol sebagai tanda suka yang ada di media sosial, sudah mampu menjadi dorongan kuat untuk kembali menulis dan menulis lagi.

Bukan sekedar menulis saja. Keinginan menulis yang selalu tersalurkan tersebut butuh masukan atau bahan dengan cara meningkatkan bacaan. Apa saja dibaca. Bahkan buku pelajaran juga menjadi candu untuk dapat memberikan asupan tambahan pengetahuan agar dapat menyalurkan keinginan dalam menulis.

Di era industri empat titik nol saat ini, masih relevankah keterampilan menulis ini untuk dikuasai? Apakah menulis menjadi salah sau keterampilan yang wajib dikuasai sebagai salah satu keterampilan abad 21? Apakah menulis memegang peranan penting di era yang diwarnai oleh pesatnya perkembangan teknologi? Menurut saya ketiga pertanyaan tersebut di atas jawabannya adalah iya.

Bahwa seiring pesatnya perkembangan teknologi komunikasi di era disrupsi, kebutuhan akses informasi perlu disampaikan secara maupun tulisan. Sebagai konten yang dapat disebarkan melalui kecanggihan teknologi, keterampilan menulis sangat memegang peranan penting. Di bidang pemasaran, keterampilan menulis yang dapat mempengaruhi konsumen akan berujung pada meningkatnya angka penjualan. Dalam bidang politik, keterampilan menulis yang dapat menyentuh juga dapat berujung pada tahta atau kekuasaan. Bahkan di bidang social, keterampilan menulis yang mampu menyentuh hati para dermawan dapat berujung pada kucuran bantuan social yang tak mengharap imbalan.

Bahwa menulis dapat menciptakan kedamaian pun dapat menjadi sebab timbulnya peperangan. Bahwa melalui menulis, saya yang bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa dapat dengan mudah mendapatkan banyak teman karena ingin kenalan. Padahal dalam kenyataan, saya termasuk pribadi yang tertutup, pemalu, rendah diri dan gampang minder. Justru melalui tulisan, orang lain menangkap kesan yang sebaliknya tentang saya. Karena melalui tulisan, saya bisa menjadi siapa saja. Saya menjadi pribadi seperti yang saya inginkan dalam tulisan, meski dalam dunia nyata, hal tersebut sangat berat dan sulit untuk saya wujudkan.

Bahwa menulis dapat menghasilkan uang. Bahwa menulis dapat menjadi sumber penghasilan. Bahwa menulis dapat mendatangkan teman, begitu pula sebaliknya. Melalui menulis, musuh bisa saja bertambah jumlahnya. Melalui tulisan dapat menghadirkan pembenci, pun menulis dapat mendatangkan pengagum atau penggemar. Yaitu mereka, para pembaca yang memaknai karya tulisan-tulisan saya.

Menulis secara teratur dapat memperdalam pemahaman tentang narasi, karakter, dan aspek-aspek lain dalam cerita. Konsistensi dalam menulis akan menjadi latihan yang berguna untuk meningkatkan keterampilan dalam menerapkan pengetahuan-pengetahuan yang sedang saya pelajari.

Maka, kesimpulan dapat disesuaikan dengan keyakinan masing-masing pribadi saat ini. Namun bagi saya sendiri, keterampilan menulis adalah salah satu keterampilan yang sebaiknya dikuasai sebagai bekal untuk menghadapi tantangan abad 21 ini.

Oleh: Sri Setyaningsih

#perpustakaanwijang

#smkn6solo

#wijanglibrary

#literasi

#perpusnas

#p3smptperpusnas #ppukperpusnas