Sistem Among bukan sekedar metode membimbing dan mendampingi murid belajar. Lebih dari itu sebagai pendidik, guru diharapkan memiliki mindset among terlebih dahulu sebelum mempraktikkan metode among.

Sistem among dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara. Seperti diketahui bahwa sistem among yang dicetuskan oleh Ki Hadjar Dewantara antara lain berbunyi: Ing Ngarso sung Tulodho (di depan harus dapat memberi contoh yang baik), Ing Madyo mangun Karso (di tengah harus dapat membangun kehendak), dan Tut Wuri Handayani (di belakang harus dapat mendorong dan memberi semangat, saran serta rekomendasi).

Among dalam Bahasa jawa berarti memberikan contoh tentang baik dan buruk tanpa harus mengambil hak murid agar bisa tumbuh dan berkembang dalam suasana batin yang merdeka sesuai dengan dasarnya.

Lantas, bagaimana cara guru menginternalisasikan sistem among dalam dirinya sebagai pendidik dan dapat meneruskannya dalam menuntun murid yang selamat dan bahagia agar sesuai dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang diamanatkan dalam kurikulum merdeka?

Setiap ada kesempatan berharga yang dapat dijadikan sarana untuk menyampaikan pesan, kepala sekolah sebagai orang nomor satu yang sering menjadi narasumber informasi sekaligus sebagai pembina upacara bendera, selalu mengingatkan pada seluruh peserta upacara bendera di SMKN 6 Surakarta mengenai budaya 5S yang selama ini menjadi karakter sekolah. Entah saat bertemu guru, tenaga administrasi sekolah ataupun dengan kakak ataupun adik kelasnya. Apa yang disampaikan oleh kepala sekolah tersebut, menjadi salah satu bentuk peran guru yang Tut Wuri Handayani nyata terlaksana adanya.

Tak hanya berhenti sampai disitu saja, bahkan ibu Dwi Titik Irdiyanti, S.Si., M.Pd selaku kepala sekolah senantiasa memberikan contoh nyata Ing Ngarso Sung Tulodho dengan tiba di sekolah paling awal dan menyambut murid di gerbang sekolah. Menyapa, melempar senyum, mengingatkan kelengkapan dan kerapihan berpakaian, mengangguk kecil, adalah beberapa sikap yang mencerminkan keteladanan akan sopan santun yang sering terabaikan oleh murid bahkan guru. Terlebih orang kebanyakan.

Memasuki tahun keempat SMKN 6 surakarta menerapkan Kurikulum Merdeka. Maka tak heran jika karakter Pelajar Pancasila mulai tercermin nyata disetiap aktivitas kesehariannya. Tidak hanya terbatas dalam pembelajaran di kelas saja. Bahkan di setiap jengkal lingkungan sekolah, kita dapat menjumpainya.

Meskipun demikian, era kecanggihan teknologi yang dikuasai oleh murid saat ini justru berbanding terbalik dengan budaya 5S dalam diri mereka. Kecanggihan teknologi yang berada erat dalam genggaman tangan, seolah telah merampas seluruh perhatiannya. Jangankan saat duduk nyaman, bahkan saat berjalanpun perhatian mereka tertuju pada gadget yang nyaris tidak pernah terlepas dari pandangan mata. Sehingga kondisi yang demikian menjadikan murid minim perhatian terhadap kondisi lingkungan sekitar mereka.

Digaungkannya budaya 5S dalam kurikulum merdeka, membangunkan kembali nilai-nilai karakter pendidikan masa lalu. Jaman terus saja berubah. Teknologipun berkembang dengan pesatnya. Salahkah jika karakter murid jaman ini tidak sama dengan karakter murid di jaman sebelumnya? Budaya karakter masa lalu yang digemakan kembali di jaman ini terasa bagaikan pemaksaan justru pada kurikulum yang dilabeli merdeka.

Mendidik murid mengenai budaya dan karakter yang baik kepada murid, sama halnya dengan mendidik masyarakat dan menyiapkan budaya baik masyarakat di masa depan. Pembiasaan senyum, sapa, salam, sopan, santun pada murid memang baik. Namun jika penerapannya harus menjadikan guru berorientasi atau menghamba pada murid, hal tersebut menjadi sebuah pemaksaan karena ada pihak-pihak yang merasa tidak nyaman dan tidak bahagia dalam menjalankan. Bukankah kemerdekaan dapat dirasakan jika para pelakunya merasakan selamat dan bahagia?

5S sebagai pemaksaan ataukah sekedar melestarikan budaya? pada akhirnya hanya para pelaku yang terlibat di dalamnya yang dapat mendefinisikannya. Salam 5S bagi Bapak Ibu guru hebat!

Oleh: Sri Setyaningsih

#perpustakaanwijang

#smkn6solo

#wijanglibrary

#literasi

#perpusnas #ppukperpusnas