Dalam upaya mewujudkan lingkungan sekolah yang kondusif dan mendukung tumbuh kembang peserta didik, SMK Negeri 6 Surakarta menyelenggarakan Workshop Penguatan Budaya Positif dan Kompetensi Sosial Emosional bagi seluruh guru dan karyawan. Kegiatan ini menjadi langkah strategis untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif, kolaboratif, dan mendukung pengembangan karakter peserta didik. Bertempat di Aula SMK Negeri 6 Surakarta, workshop ini dilaksanakan selama 2 hari 14-15 Oktober 2024. Hari pertama workshop berfokus pada penguatan budaya positif. Budaya positif di sekolah merupakan salah satu aspek yang penting dalam membentuk karakter siswa dan lingkungan belajar yang sehat. Budaya ini meliputi nilai-nilai seperti tanggung jawab, kedisiplinan, kejujuran, dan kerja sama. Seiring dengan dinamika pendidikan yang terus berkembang, diperlukan langkah-langkah konkret untuk memperkuat nilai-nilai tersebut agar dapat terinternalisasi dengan baik dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Oleh karena itu, workshop ini dirancang untuk memberikan pemahaman dan keterampilan bagi seluruh guru dan karyawan dalam membangun budaya positif di sekolah. Kepala SMK Negeri 6 Surakarta Dwi Titik Irdiyanti, S.Si., M.Pd. sebagai narasumber memberi motivasi kepada seluruh guru dan karyawan untuk terus menerapkan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) di lingkungan sekolah.
Beliau juga menyampaikan pentingnya membangun motivasi dari dalam diri. Apabila kita menemui suatu masalah kita harus menyadari apa kesalahan yang kita perbuat, lalu apa solusi untuk masalah tersebut, sehingga dalam menangani suatu masalah, solusi muncul dari diri sendiri. Begitu pula sebagai guru maupun karyawan dalam menghadapi permasalahan yang beragam pada peserta didik, diharapkan guru dan karyawan dapat lebih berfokus pada bagaimana untuk memunculkan motivasi dari dalam diri peserta didik untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Beliau memotivasi guru dan karyawan untuk terus menjaga semangat dalam bekerja, supaya semangat tersebut bisa menular ke peserta didik. Mencintai pekerjaan yang sedang dikerjakan menjadi poin yang sangat penting dalam membangun semangat. Terbukti banyaknya prestasi yang diraih SMK Negeri 6 Surakarta merupakan buah dari semangat seluruh warga sekolah untuk memberikan yang terbaik. Ibu Dwi Titik Irdiyanti, S.Si., M.Pd juga mengajak para guru dan karyawan untuk mempertahankan prestasi yang sudah diraih serta meningkatkannya melalui budaya positif yang diterapkan.

Pada workshop hari kedua, yaitu mengenai Kompetensi Sosial Emosional. Di hari kedua ini, dikemas dengan apik yaitu beberapa bapak ibu guru menampilkan role play. Bapak Sri Waluya, S.Pd., Ibu Rimayanti, S.Pd., M.Pd., Ibu Era Sukmawati, S.Psi., Ibu Nani Fajarwati., S.Pd., dan Ibu Aminah Darmastuti, S.Pd berperan sebagai peserta didik. Bapak Arif Joko Sukatmo, S.Kom berperan sebagai guru. Dalam role play tersebut menampilkan mengenai beberapa masalah yang terjadi pada peserta didik yang berkaitan dengan kemampuan sosial emosional. Sering kita temui peserta didik berselisih paham dengan temannya atau merasa dihina, diejek, dijadikan lelucon oleh temannya. Sebagai guru yang memahami kemampuan sosial emosional, sebaiknya guru mendengarkan dari kedua belah pihak dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk berpikir apa solusi dari masalah tersebut. Guru sebaiknya menjadi pihak yang netral tidak memberatkan atau meringankan salah satu pihak. Role play yang disajikan sarat akan makna namun juga dikemas dengan sangat menghibur sehingga bapak ibu guru serta karyawan menyaksikan dengan perasaan senang, kadang juga mengundang gelak tawa, namun juga bisa mengambil nilai yang disampaikan.

Ibu Yuliyani Siyamtiningtyas, S.Kom., M.Cs kemudian melanjutkan dengan pemaparan materi mengenai kompetensi sosial emosional. Lima kompetensi sosial emosional yaitu kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Kesadaran diri adalah kemampuan untuk mengenali dan memahami emosi, kekuatan, dan keterbatasan diri sendiri. Peserta didik yang memiliki kesadaran diri yang kuat dapat memahami hubungan antara perasaan, pikiran, dan tindakannya. Pengelolaan diri adalah kemampuan untuk mengendalikan emosi negatif dan menahan diri dari reaksi impulsi. Kesadaran sosial adalah kemampuan untuk memahami dan berempati dengan perspektif orang lain, termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang beragam. Keterampilan berelasi adalah kemampuan untuk membangun hubungan yang sehat, positif, dan saling mendukung dengan orang lain. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab adalah kemampuan untuk membuat pilihan yang konstruktif dan penuh perhatian dalam berbagai situasi dan mampu menerima segala resiko dan konsekuensi dari keputusan yang telah diambil. Banyak manfaat penerapan pembelajaran sosial dan emosional antara lain peningkatan perilaku positif, pengurangan perilaku negatif, peningkatan peforma akademik peserta didik, dan pengurangan tingkat stress. Tujuan akhir dari penguasaan kompetensi sosial emosional adalah well being. Well being adalah keadaan seseorang yang baik dan ideal secara fisik maupun mental, serta memiliki kualitas hidup yang baik. Well-being juga dapat diartikan sebagai kesejahteraan atau kebahagiaan.
Refleksi dari kegiatan ini disampaikan oleh Ibu Agustina Sri Wardani, S.Pd, dengan mengetahui kompetensi sosial emosional jadi bisa lebih mengenal diri sendiri dan memahami bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan peserta didik, rekan sejawat, maupun komunitas. Kegiatan dua hari ini sangat menyenangkan karena dikemas apik dengan role play dari bapak ibu guru yang tanpa latihan tapi bisa menunjukkan penampilan yang maksimal serta ucapan terimakasih kepada Ibu Dwi Titik Irdiyanti, S.Si., M.Pd selaku kepala sekolah telah memfasilitasi kegiatan yang sangat bermakna untuk bapak ibu guru dan karyawan.
Oleh : Risti Nur Imansari, S.Pd. #perpustakaanwijang #smkn6solo #wijanglibrary #literasi #perpusnas #p3smptperpusnas #ppukperpusnas
Mantappp, kegiatan yang menginspirasi…
Hhhmmm terbaik memberi makna