Dalam kajian Jum’at Rohani kali ini, Ustadz M Syaifudin mengawali dengan mengingatkan para siswa dan guru tentang pentingnya bersyukur. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 7, “La in syakartum la azidannakum wala in kafartum inna adzabi lasyadid”, yang artinya “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambahkan (nikmat) kepadamu. Tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azabku sangat berat”. Ayat ini menegaskan bahwa rasa syukur tidak hanya memperkuat hubungan kita dengan Sang Pencipta, tetapi juga membuka pintu keberkahan yang lebih luas.

Melanjutkan kajian, Ustadz M Syaifudin mengajak para hadirin untuk merenungkan makna hidup yang sesungguhnya. Beliau menyitir Surat Al Qasas ayat 77 yang berbunyi:

Wabtagi fīmā ātākallāhud-dāral-ākhirata wa lā tansa naṣībaka minad-dun-yā wa aḥsing kamā aḥsanallāhu ilaika wa lā tabgil-fasāda fil-arḍ, innallāha lā yuḥibbul-mufsidīn

Artinya:

“Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Dalam ayat ini, Allah mengingatkan kita untuk tidak terjebak dalam pikiran bahwa kehidupan hanya ada di dunia ini. Menyiratkan keseimbangan antara kebutuhan duniawi dan tuntutan ukhrawi. Dunia hanyalah persinggahan sementara. Harta benda dan segala yang kita miliki hendaknya memiliki fungsi sosial, digunakan untuk kebaikan, bukan sekadar untuk kepuasan pribadi. Akhirat adalah tujuan utama yang kekal, sementara dunia hanyalah tempat sementara. Menurut Ustadz M Syaifudin, bahwasanya Islam mengajarkan bahwa dunia bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana menuju kebahagiaan yang abadi di akhirat. Harta, kekayaan, dan segala kenikmatan dunia harus dimanfaatkan secara bijak dan memiliki fungsi sosial. Allah telah memberikan kita kehidupan, jasad, dan akal sehat—tiga anugerah luar biasa yang harus digunakan untuk meraih kebahagiaan akhirat. Lebih jelas diterangkan dalam 3 bahasan seperti ini:

  • Kehidupan di Dunia dan Akhirat

    Allah telah memberikan kita berbagai nikmat—kehidupan, jasad yang sehat, serta akal untuk berpikir. Namun, kita harus selalu mengingat bahwa kehidupan di dunia ini tidak abadi. Semua yang ada di dunia akan sirna, sementara kehidupan akhirat kekal dan jauh lebih baik. Prioritaskan akhirat dalam setiap langkah kita, sebab kebahagiaan sejati hanya bisa ditemukan di sana.

    • Fungsi Sosial Harta

    Harta yang kita miliki bukan hanya untuk dinikmati sendiri. Sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al-Qasas ayat 77, harta benda haruslah juga memiliki fungsi sosial. Gunakanlah harta untuk berbuat baik kepada orang lain, membantu mereka yang membutuhkan, dan jangan sampai kita lupa bahwa semua ini adalah amanah dari Allah.

    • Keseimbangan Antara Dunia dan Akhirat

    Meskipun kita harus memprioritaskan akhirat, bukan berarti kita boleh melupakan kehidupan di dunia. Sebagai manusia, kita juga memiliki kebutuhan pokok seperti makanan, tempat tinggal, kendaraan, serta tanggung jawab terhadap keluarga. Oleh karena itu, kita harus mencari keseimbangan antara memenuhi kebutuhan duniawi dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat.

    Namun, beliau juga menekankan bahwa meskipun akhirat harus menjadi prioritas utama, manusia tetap tidak boleh melupakan tanggung jawabnya di dunia. Kehidupan di dunia adalah tempat untuk berusaha dan memenuhi kebutuhan pokok seperti makanan, tempat tinggal, dan keluarga. “Kita butuh rumah, kendaraan, makan, dan tentu saja anak serta istri,” ujar beliau. Kehidupan dunia harus tetap diperjuangkan, tetapi dengan kesadaran bahwa kebahagiaan di akhirat lebih sempurna dan kekal.

    Di akhir kajian, Ustadz M Syaifudin kembali mengingatkan pentingnya bersyukur atas setiap nikmat yang telah Allah berikan. Dengan bersyukur, kita bukan hanya meraih ketenangan jiwa di dunia, tetapi juga meningkatkan peluang meraih kebahagiaan di akhirat. “Ingatlah,” pungkas beliau, “dunia ini hanya sementara, tetapi akhirat adalah tujuan yang kekal. Jangan sampai kita tertipu oleh gemerlap dunia yang fana ini.”

    Mari kita renungkan kembali tujuan hidup kita. Apakah kita terlalu terfokus pada dunia yang fana ini, atau sudahkah kita mempersiapkan bekal untuk akhirat yang kekal? Jadikanlah dunia sebagai ladang untuk menanam kebaikan yang hasilnya akan kita petik di akhirat kelak. Dengan begitu, kita bisa mencapai kebahagiaan yang sempurna, baik di dunia maupun di akhirat.

    Kajian ini diakhiri dengan doa bersama, memohon agar Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan dan petunjuk untuk menjalani kehidupan yang seimbang antara dunia dan akhirat.

    (ditulis oleh: Wahyudi Ari Prabowo)

    #perpustakaanwijang  #smkn6solo   #wijanglibrary   #literasi   #perpusnas   #p3smptperpusnas #ppukperpusnas