Judul            : Khair Hamiz

Pengarang     : Patrick Kellan

Penerbit        : Patrick Kellan Publisher

Cetakan        : kedua- Agustus, 2021

Tebal buku    : 215 halaman

Harga Buku   : Rp 121.000,-

ISBN            : 978-623-94421-6-3


Kalau ada pertanyaan yang ditujukan pada saya “Mengapa tertarik membaca buku ini?” dengan semangat saya akan menjawab begini “Buku ini istimewa bagi saya. Bukan saja sekedar sebagai bacaan yang mengisi waktu luang ataupun menghibur hati tatkala dalam kesedihan dan gundah gulana berkepanjangan. Lebih dari itu, buku ini dapat menjadi warisan, sarana menebar kebaikan, ilmu pengetahuan.” 

Kok, bisa?

Pertama kali saya selesai membaca salah satu karya Patrick Kellan, saya menarik napas panjang dan dalam lalu membuangnya perlahan. Terasa betul seperti saya telah menemukan bacaan yang sangat saya suka. Lalu, bisa dipastikan saya berusaha mencari karya Patrick Kellan yang lainnya. Respon yang sama masih juga saya rasakan ketika selesai membaca karya kedua, ketiga dan seterusnya. Saya perkirakan bahwa sosoknya pasti sudah senior dengan kisaran usia 50an. Namun ternyata dugaan saya keliru. Kisaran usianya masih 30an.

Artinya, Patrick Kellan adalah seorang yang kaya akan pengalaman hidup, ilmu kehidupan, pemikir, pembelajar yang kritis dan memiliki keinginan untuk terus berbagi. Berjiwa besar dan berkelimpahruahan. Setiap karyanya yang selesai saya baca, terkandung pesan moral yang kuat, plot dan penokohan yang tak kalah kuat. Sehingga pembaca selalu mendapatkan inspirasi dari karya-karyanya.

Beberapa teman saya yang mengaku tidak suka membaca karya fiksi merasa penasaran saat melihat saya asyik membaca buku ini. Merekapun rela antri untuk mendapat giliran membaca. Reaksi mereka rata-rata sama, tertarik di awalnya dan tidak mau berhenti sebelum selesai membacanya sampai akhir. Padahal saat itu, kami sedang dikejar target menyelesaikan pekerjaan. Tidak berhenti sampai di titik ini, mereka memastikan dengan bertanya “Masih ada lanjutannya?”

Jadi, buku ini mengandung ilmu pengasuhan tentang bagaimana cara mendidik dan mengajari anak-anak kita tentang cara bersikap, bergaul, mengolah emosi, menjaga harga diri agar menjadi manusia bermartabat.

Berat, dalam dan sarat makna. Namun di tangan Patrick Kellan, tema berat ini dapat tersampaikan dengan bahasa sederhana, ringan dan menyenangkan. Itulah sebabnya, meski tebal, cerita terasa mengasyikkan sehingga pembaca ingin terus dan terus membacanya. Ada kisah lucu yang tercipta saat Hamiz berusaha menjalin kedekatan dengan saudara tirinya, Lathifa. Ada kisah mengharu biru saat terhanyut dalam kisah perjuangan ibunya Hamiz untuk memberikan yang terbaik anak laki-lakinya meski dalam segala keterbatasan. Ada kisah menegangkan sehingga pembaca menahan napas saat menghayati ketegasan Tuan Singgih, ayah tiri Hamiz, yang sedang memberikan hukuman pada putra tirinya. Bukan hukuman secara fisik yang diberikan oleh tuan Singgih kepada anak laki-lakinya, melainkan sebuah pelajaran berharga yang hanya dapat dimaknai dengan perenungan.

Sosok ayah yang tegas berwibawa ini tidak mendoktrin Hamiz tentang seribu satu nasihat kebaikan bahwa sebagai anak laki-laki harus bersikap begini atau begitu. Pun tidak dengan cara iming-iming, mengancam dan menakut-nakuti akan adanya surga dan neraka bagi anak baik, berbakti ataupun sebaliknya. Tetapi tuan Singgih mengarahkan Hamiz agar lebih banyak berpikir sebelum bertindak.

Dua kali Hamiz berkelahi dengan teman di sekolah barunya. Dua kali pula tuan Singgih menanyakan penyebabnya. Namun respon sang ayah dalam menyikapi kejadian tersebut tidak sama. Karena penyebab perkelahian tersebut juga dua hal yang berbeda. Saat Hamiz berkelahi karena membantu teman yang dikeroyok tanpa tahu penyebabnya. Tuan Singgih mengatakan itu sebagai tindakan yang ceroboh, gegabah dan konyol. Hamiz juga mengakui bahwa ia tidak berpikir panjang saat mengambil tindakan tersebut. Itu adalah reaksi spontan. Seharusnya, Hamiz melaporkan pada guru atau orang dewasa lainnya saat menghadapi situasi seperti yang dihadapinya. Karena bisa saja, niatnya membantu malah menjadi korban berikutnya. Pada kejadian lainnya, alasan Hamiz berkelahi karena ada teman yang menoyor kepalanya saat Hamiz diam saja, tidak merespon ejekan teman-temannya. Saat diejek dekil, jorok, kampungan karena bermain lumpur Hamiz hanya diam, tidak terpancing emosinya. Justru temannya yang kesal karena Hamiz hanya diam saat sudah diejek sedemikian rupa, sehingga menoyor kepalanya. Pada saat itulah, Hamiz tak dapat menahan diri dan terjadilah perkelahian di antara Hamiz dan teman-temannya. Respon tuan Singgih atas kejadian tersebut juga di luar dugaan Hamiz. Ayah tirinya itu hanya menyuruhnya istirahat dan tidak memberikan hukuman.

Seperti itulah seharusnya sikap seorang laki-laki. Artinya, saat harga dirinya dilukai, saat itulah dia harus bertindak, membela dan memperjuangkannya sekuat tenaga. Laki-laki bermartabat harus berpikir panjang saat akan mengambil tindakan. Apakah ada manfaat kebaikan atau tidak jika perbuatan tersebut dilakukan? Demikian pesan berharga dibalik sikap tuan Singgih atas tindakan-tindakan yang dilakukan Hamiz sebagai anak laki-laki. Masih banyak pesan lain yang sangat berharga yang sebaiknya diberikan kepada putra-putri kita seperti yang dilakukan tuan Singgih. Begitu pula dengan cara penyampaiannya yang sederhana dan mengena. Siapapun dapat langsung menerapkannya tanpa harus menunggu lama.

Buku ini sangat mengesankan dan membuat saya jatuh cinta. Saya selalu menceritakan pada teman-teman yang meminta rekomendasi tentang bahan bacaan berkualitas. Baik itu untuk anak-anak, remaja, calon orangtua, bahkan pada orangtua. Ini bukan sekedar bacaan, melainkan investasi bahkan warisan. Bahkan bagi orang yang tidak suka membaca sekalipun tetap saya sarankan untuk membeli buku ini. Karena bisa dihadiahkan kepada orang-orang terkasih.

Percayalah.

Buku yang nyaris tanpa cela di mata saya ini, bukan sekedar bacaan. Ada banyak kebaikan yang turut disebarkan jika dipahami secara lebih mendalam. Simak saja pesan-pesan kebaikan yang ada di dalamnya, antara lain:

“Tak ada takdir yang tak adil. Bedanya, ada permasalahan yang datang begitu awal, sejak kita kecil misal, tapi ada juga permasalahan yang datang setelah kita mengecap kenyamanan.

Ada yang masa kecilnya dipenuhi kesedihan, tapi setelah dewasa dia menjadi kuat dan bahagia. Ada juga yang sejak kecil hidup dalam kemewahan, tapi setelah dewasa terjatuh dalam kesedihan yang begitu mendalam.”

“Allah sudah menggariskan jalan hidup masing-masing manusia. Setiap orang punya keberuntungan, juga punya ujian dalam takaran yang sama. Bagaimana hal baik bisa tetap baik, dan hal buruk semakin buruk, itu tergantung dari bagaimana orang itu menyikapi.”

Oleh: Sri Setyaningsih #smkn6solo #wijanglibrary #perpustakaanwijang #perpusnas #p3smptperpusnas #ppukperpusnas #perpustakaansekolah #literasi   #literasidigital